9/26/2021

Berikut Sejumlah Bioskop yang Menyertai Sejarah Kota Bandung

BANDUNG, - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah mengizinkan kembali beroperasi pada masa pandemi Covid-19 ini. Hal itu seiring dengan menurunnya risiko penularan Covid-19 di Kota Bandung.
Dengan demikian, para pecinta film sudah bisa menyalurkan hobinya untuk datang ke bioskop.

Bicara tentang bioskop, Kota Bandung tentu menjadi salah satu kota di Indonesia yang memiliki jumlah cukup banyak. Tak hanya saat ini, saat zaman kolonial pun, Bandung telah memiliki sejumlah bioskop.

Jelang peringatan Hari Jadi ke-211 Kota Bandung, berikut sejumlah bioskop di zaman kolonial yang melegenda dikutip dari sejumlah sumber:


1. Elita Bioscoop

Elita Bioscoop merupakan salah satu bioskop paling elit di eranya. Hanya orang-orang terpilih yang boleh menonton dengan pakaian rapi dan memakai sepatu.

Dahulu bioskop ini terletak di sebelah timur Masjid Agung Kota Bandung.

Bioskop ini dimiliki oleh F. A. A Buse, seorang raja bioskop yang memiliki jaringan besar Elita Concern.

Bioskop ini dibangun tahun 1910 an dengan gaya arsitektur Art Nouveau dan sempat berganti nama menjadi Puspita tahun 1960an.

2. Bioskop Majestic

Bioskop Majestic terletak di Jalan Braga. Dahulu, bioskop ini menjadi salah satu saksi sejaran diputarnya film pertama Indonesia film Loetoeng Kasaroeng mulai tayang di bioskop Bandung pada 1926.

Bioskop ini dibangun oleh Technisch Bureau Soenda pada tahun 1920. Pembangunan gedung itu terealisasi pada 1922. Dahulu juga dikenal sebagai bioskop Concordia.

Dalam perkembangannya, bioskop ini banyak dikenal dengan Majestic. Bioskop Majestic mewakili gaya campuran teknik konstruksi modern dari barat dengan seni ukir tradisional Indonesia yang sering disebut gaya arsitektur Indo-Europeeschen Architectuur Stijl.

Sejak tahun 2000, gedung bioskop itu dijadikan Sekretariat Pusat Kebudayaan Asia Afrika (AACC).

3. Bioskop Dian

Bioskop yang yang terletak di samping Pendopo Kota Bandung ini dibangun pada 1930 ini. Dahulu bioskop ini milik orang Belanda bernama F. J. W de Kort.

Sebelumnya, Bioskop yang berada di Kawasan Jalan Dalem Kaum tersebut bernama Radio City.

Namun, setelah Indonesia merdeka dan bioskop tersebut dinasionalisasi menjadi Bioskop Dian pada tahun 1960-an, barulah orang-orang pribumi dapat merasakan nyamannya nonton di bioskop.

Dahulu bioskop ini dikenal sebagai bioskop India. Pasalnya, bioskop ini lebih sering memutar film-film Bollywood.

Setelah nasionalisasi, bioskop dimiliki dan dikelola oleh Perusahaan Daerah Jasa Kepariwisataan Provinsi Jawa Barat sampai sekarang. Bangunan Cagar Budaya, Perda Kota Bandung No: 19/2009.

4. Bioskop Rex

Bioskop Rex terletak di Jalan Merdeka.  Bioskop ini dibangun pada tahun 1920. Pada tahun 1950, bioskop Rex diganti menjadi Panti Budaya, hingga berubah fungsi menjadi ruang kuliah Perguruan Tinggi Katolik Parahyangan yang sekarang bernama Universitas Katolik Parahyangan.

5. Bioskop Panti Karya

Bioskop Panti Karya terletak di Jalan Merdeka, tepatnya di seberang Bandung Indah Plaza. Bioskop ini berdiri pada tahun 1957.

Mulanya bangunan dipakai sebagai kantor PJKA milik PT KAI dan memiliki beberapa lantai. Baru kemudian di tahun 1970-an, lantai paling bawah difungsikan sebagai bioskop dan hanya memiliki satu studio saja.

Namun kala itu, Panti Karya termasuk bioskop elite di Bandung.

6. Bioskop Pop Theater dan Presiden

Bioskop ini terletak di Jalan Braga yang saat ini menjadi gedung Landmark Braga. Letaknya Bersebelahan dengan rel kereta api.

Sedangkan di seberangnya terdapat bioskop Presiden.***

kilas media

@ Hikmah Harian

”Islam dibangun atas lima perkara, yaitu : (1) bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar untuk diibadahi kecuali Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya, (2) mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat, (4) naik haji ke Baitullah (bagi yang mampu, pen), (5) berpuasa di bulan Ramadhan.” (Lafadz ini adalah lafadz Muslim no. 122)

Subscribe via Email :